A Song Full of Ice and Fire
Part
I: First Time Sight
Seorang
laki-laki memulai perjalanan baru ditempat dengan konteks yang berbeda dari
yang biasanya itu berat. bahkan untuk seorang laki-laki tunggal dengan segala
problemanya. Hingga, seorang gadis berdiri disana, memikat matanya, dengan
kelembutan dan keanggunannya, sosok gadis yang menawan itu menusuk jiwa
laki-laki itu. Untuk si laki-laki hal itu tidak pernah terjadi pada dirinya,
itu merupakan hal yang baru. Namun untuk sesaat, si laki-laki itu mengacuhkan
perasaannya, apakah itu nyata atau tidak, ap aitu hanya situasi hormonal atau
tidak. Laki-laki itu berusaha keras untuk mengalihkan hal itu. Hari-hari
berlanjut, justru bagi si laki-laki, gadis itu mnarik semua perhatiannya.
Beruntung bagi si laki-laki, bahwa si gadis itu berada di satu lingkungan yang
sama dengan dirinya.
Tanpa
di duga-duga, si laki-laki mencari tahu lebih mendalam mengenai gadis itu.
Segala tentangnya, dicaritahu si laki-laki. Cukup mengerikan memang, tp
percayalah, si laki-laki tidak memiliki keberanian sama sekali dalam hal terror
meneror, jadi apa yang diperbuat si laki-laki hanya sekedar memproses munculnya
ketertarikan itu. Dan anehnya, setelah jatuh terlalu dalam, si laki-laki
benar-benar jatuh pada gadis itu. Namun semua nya terasa mustahil, gadis itu
dikelilingi oleh teman laki-laki yang lebih makpan, lebih berkarisma, lebih
maskulin daripada si laki-laki itu sendiri.
Oh
ya, disini penulis belum menggambarkan si laki-laki secara fisik maupun
karaketristiknya. Si laki-laki memiliki badan yang gendut, wajah yang
menyeramkan layaknya criminal yang buron, tidak pandai dalam bermusik, tidak
pandai dalam berolahraga, tidak pandai dalam hal bersosialisasi, tidak pandai
dalam segala hal. Si laki-laki itu jauh dari gambaran seorang perempuan
terhadap pria pada umumnya.
Gadis
itu tidak tahu mengenai perasaan si laki-laki pada saat itu, bahkan disaat si
laki-laki memilih seorang perempuan lain untuk menjadi pendampingnya, Dimana
itu merupakan kesalahan terbesar dalam hidup si laki-laki, namun tetap saja si
laki-laki menjaga hubungan yang baik dengan gadis itu. Bukan karena untuk
pelarian, atau apapun, tapi untuk menjaga sesuatu yang dinamakan cinta tetap
berharga.
Part
II: A Cost to Love
mungkin
itu adalah kesalahan terbesar dalam hidup si laki-laki. Selama periode dengan
perempuan lain, kejadian demi kejadian, peristiwa demi peristiwa menghampiri
gadis itu. Sehingga membuat si laki-laki semakin merasa dirinya bersalah karena
ketidakhadiran diri si laki-laki di hidup gadis itu pada saat-saat periode
terburuknya. Singkat cerita, hubungan si laki-laki dengan perempuan lain itu
pun selesai. suatu hubungan yang singkat dan terasa biasa saja, tidak ada
sesuatu yang berkesan. Di waktu yang bersamaan, dunia dilanda sebuah musibah,
sebuah pandemi yang membuat bumi harus menutup dirinya sendiri. Ketika semua
orang pulang kerumahnya masing-masing, si laki-laki memilih untuk menetap. Bagi
si laki-laki itu merupakan suatu kesempatan yang tidak bisa dilewatkan karena
secara kebetulan lagi, dirinya dengan gadis itu menetap di lingkungan yang
cukup dekat.
Hari-hari
berlalu, pesan bertukar pesan, panggilan suara bertukar panggilan suara.
Memutar otak untuk menyajikan sesuatu hal yang si laki-laki harap dapat
menghibur gadis itu. Terkadang sampai melibatkan teman agar perasaan si
laki-laki terhadap si gadis bisa sedikit tersampaikan. Karena begitu insecure
nya si laki-laki terhadap gadis itu. Selang beberapa waktu hanya dapat
berhubungan melalui jejaring media sosial, hanya bersentuhan secara maya, si
laki-laki mendapatkan sebuah peluang untuk bertemu secara tatap muka dengan si
gadis. Waktu itu si laki-laki dan teman-temannya ingin pergi mengambil sesuatu
di kampusnya yang sedang di karantina. Gadis itu ternyata ingin ikut pergi. Itu
sebuah kesempatan yang bagus untuk si laki-laki. Sedikit berkompromi dengan
teman-temannya, si laki-laki dengan motor supranya akhirnya memberikan
tumpangan pada gadis itu. Canggung, gemetar, dan shaky, si laki-laki merasa
malu, bingung harus memulai percakapan seperti apa meskipun pada akhirnya si
laki-laki memulai dengan sesuatu yang mungkin akan dianggap cringe oleh
orang-orang kebanyakan, namun itu tetaplah satu momen yang menjadi batu
loncatan si laki-laki untuk tetap menjadikan gadis itu sebuah kasih dalam
hidupnya. Si laki-laki pun merenungkan, “apakah ini yang dikatakan orang-orang
sebagai cinta? Sudah dua tahun lamanya, rasa nya tetap sama.” Bahkan si
laki-laki meluangkan banyak waktu untuk mempelajari hal tersebut dari
orang-orang gila sebelumnya.
Namun
bukan berarti itu akan berjalan mudah. Terdapat suatu momen yang mencekam bagi
si laki-laki dalam hidupnya. Ya di part sebelumnya penulis sudah menceritakan
betapa gadis itu memiliki teman-teman yang lebih dalam segala hal dari si
laki-laki. Bukit dan tenda menjadi momok
menakutkan bagi si laki-laki pada saat itu. Si laki-laki kembali merenungkan,
“apakah cinta harus sesakit ini? Kenapa rasanya sakit sekali, tapi sakitnya
tidak bisa di deteksi, tidak bisa diobati, dan tidak bisa dihindari.” Batang per
batang rokok, sebotol besar vodka habis dalam semalam hanya untuk menemani
malam si laki-laki yang mencekam. Sangkin sakitnya, si laki-laki berusaha
mengimbanginya dengan melukai dirinya sendiri. Sampai akhirnya sebuah surat
untuk bertugas pun datang, awalnya si laki-laki memilih untuk malaksanakan
tugas di lingkungan yang sama dengan si gadis, namun karena pengalaman mencekam
itu, si laki-laki lebih memilih untuk melaksanakan tugas di tempat yang
lokasinya jauh bahkan hingga berbeda pulau. Tiket sudah dipesan, namun aneh
rasanya jika semua perasaan tidak diungkapkan pada saat itu juga. Si laki-laki
menyempatkan diri mengantarkan gadis itu ke tempat tugasnya untuk pengenalan.
Dan h-1 jadawal pesawat, si laki-laki memilih untuk menyatakan perasaannya, tidak
peduli meskipun sudah mendapatkan sebuah luka. “bukannya majnun pernah ngomong
bahwa pengalaman cinta itu seperti meminum anggur yang manis di cawan yang
berduri?” ungkap si laki-laki pada dirinya sendiri.
Hingga
keberanian si laki-laki menghasilkan buah yang manis. Perasaan si laki-laki
diterima oleh gadis itu. Peristiwa itu bertempat di sebuah restoran yang jika
dikalkulasikan pada realita, peristiwa itu tepat pada tanggal 20 agustus 2020,
di kamis sore yang teduh. Sayangnya, momen tersebut harus terpisah karena si
laki-laki harus tetap mengikuti jadwal pesawat yang ditetapkan. Ya, cukup
mengherankan, sebuah kisah cinta yang harus diawali dengan hubungan jarak jauh
bagi keduanya. Namun bagaimanapun momen itu tetap spesial bagi si laki-laki.
Part
III: “Queen of my life”
Masih
banyak lagi momen-momen spesial yang dimiliki oleh si laki-laki bersama gadis
itu. bagi si laki-laki gadis itu adalah dunianya. Bagi si laki-laki, kisah
mereka berdua bagaikan penggalan lirik lagu Radiohead, “Now we are one in
everlasting peace.” Sungguh roman dari si laki-laki memang tidak perlu
diragukan lagi. Mungkin si gadis tidak pernah tahu, ada secarik kertas
bertuliskan, “me and you at Santiago Bernabeu,” di dalam tasnya. Si laki-laki
merupakan penggemar berat Real Madrid, dan itu sudah seperti cinta pertamanya.
Lalu bagaimana dengan gadis itu? bagi si laki-laki gadis itu adalah cinta
sejatinya. Ya memang salah satu Impian gila si laki-laki ialah mempertemukan
cinta pertamanya dengan cinta sejatinya. Ya begitulah orang yang sedang mabuk
kepayang, tapi penulis doakan Impian itu menjadi kenyataan. Ya penulis rasa
mungkin ketiga part ini cukup untuk menjadi pembuka menu utamanya.
Ya,
dibalik semua cinta si laki-laki, seperti gambaran a glass full of ice and
fire, semua tiba-tiba berantakan, si laki-laki tidak memiliki kesempatan untuk
menjaga semua hal itu. Lepas kendali, bertingkah semaunya, dan tidak tahu diri
adalah gambaran si laki-laki yang menghempas gadis itu begitu saja. Tampak
jahat memang, tapi semua pasti ada alasannya.
Mungkin
tidak banyak yang tahu, tapi penulis menggali lebih dalam mengenai si
laki-laki. Hidup nya berantakan, apa yang dibangunnya semua runtuh. Sayang
sekali, dia tidak bisa mengekspresikan permasalahannya. Hampir bunuh diri
berkali-kali namun gagal, ya penulis pastikan hal itu. tapi jika penulis lihat
pola hidupnya, mengenaskan, hilang arah, dan yang penulis takutkan dia sedang
membunuh dirinya secara perlahan. Ya tapi itu diluar kendali penulis. Yang
terpenting, penulis disini ingin menyampaikan sebuah pesan dari si laki-laki
untuk gadis itu. penulis harap gadis itu membacanya sampai akhir.
“for
my bee, my Queen of my life.
Kusadar
aku terkadang sudah kelewat batas padamu, kusadar aku dan segala kekuranganku
tidak pantas bagimu,
Aku
selalu ingin menjadi superheromu, but i can’t and i fail
Selama
ini kamu bertanya apa yang terjadi padaku
Yang
terjadi ialah, keburukan dalam diriku lama-kelamaan memakan diriku sendiri,
Dan
aku berpikir itu tidak akan baik untukmu
Jikalau
pun ini menjadi yang terakhir kali, aku ingin mengatakan,
Terima
kasih telah memberikan hatimu untukku dan mempercayakan hatimu padauk
Terima
kasih telah berjalan di sebelah ku selama ini, dan karena menginginkan aku
disisimu
Terima
kasih telah memikirkanku selama ini
Terima
kasih telah membuat aku tersenyum dan untuk tersenyum bersama selama ini
Terima
kasih telah menjadi dirimu sendiri, dan membantuku untuk menemukan diriku
sendiri
Terima
kasih untuk setiap hari, malam, dan selamanya akan terkenang.
Terima
kasih telah memberikan ku kesempatan untuk menjadi bagian dari dirimu
Terima
kasih atas suka, duka, sedih senang yang kuarungi bersamamu
Terima
kasih atas segalanya yang bahkan tidak cukup sekedar kata terima kasih.
Dan,
Maaf
telah memberikanmu rasa kecewa selama ini.
I
hope you happy, and keep flyin high bee
I’ll
love you
Always.”
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.